Kawan-kawan, kakak dan adik pramuka. Salam Pramuka!
Dalam majalah Hidup no.30 tahun ke 62 tgl 27 Juli 2008 saya diwawancara oleh Hidup. Saya menyatakan secara jelas kekesalan saya: Pramuka sering diremehkan sebagai kegiatan tepuk tangan, bernyanyi dan teriak-teriak. Ketika saya tanyakan kepada wartawan yang saya ajak berkeliling melihat kegiatan Jambore Pekan Kekerabatan VIII/2008 di Gunung Geulis, apakah pernyataan itu tepat dengan yang dilihatnya di Gunung Geulis, dia menjawab, juga dengan kekesalan: tidak benar! Coba saja lihat apa yang terjadi. Kekerabatan yang kental yang terjadi antar peserta dan kontingen, propinsi yang berlainan muncul secara mencolok. Dalam Food Festival dengan senang hati setiap regu menjamu regu-regu lain yang bertamu untuk berkenalan dengan penganan khas daerahnya. persaudaraan tanpa mengenal perbedaan suku, ras dan agama bisa berlangsung dengan baik. Kegiatan berbagai macam agama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha berlangsung di tempat-tempat yang telah disediaka. Begitu pula ketika membuat pernak-pernik keagamaan seperti: tasbih, rosario, poster, selipan buku dengan kutipan-kutipan ayat kitab sucinya peserta yang masih penggalang itu tidak merasa terganggu satu sama lain, walaupun yang dibuatnya berbeda. Kebanggaan akan budaya tradisional sangat ditekankan. Ada 14 sanggar budaya dimana peserta ternyata dengan senang hati dan penuh kegembiraan belajar menabuh gamelan, meniup suling, calung , kotekan bambu, tarian dan masakan-masakan tradisional. Ada 8 bengkel dimana peserta bersemangat menguji keterampilan tangannya untuk membuat papercraft, origami, mozaik, bunga-bunga plastik, wayang karton, patung dan menyablon. Setelah lelah dengan keterampilan tangan mereka juga bisa belajar teknologi yang diperlukan kini dalam kawasan Iptek. Robotik, Rocketing, Pemrograman komputer, Elektronik dan Jurnalistik disajikan dalam bentuk yang menarik. Yah, kita lihat dulu foto-fotonya deh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar